SELAMAT DATANG

Selamat menikmati artikel-artikel hasil copy & paste (Copas) berikut, semoga dapat menambah wawasan bagi pribadi yang ingin berkembang.

Monday, February 20, 2012

Earn More. Spend Less. And Give More

Berapa income yang mestinya kita peroleh agar bisa melakoni hidup dengan penuh rasa tentram, gemah ripah loh jinawi? Perhitungan yang pernah saya tuliskan disini, membawa kita pada angka 16 juta rupiah per bulan. Wah lumayan tinggi juga ya.
Benar, angka itu jauh lebih tinggi dibanding UMR kota Jakarta yang hanya 1,5 juta per bulan. Mengapa segitu tinggi? Pan katanya mau hidup lumayan tentram?
Eniwei, hidup di kota-kota besar rasanya memang kian mahal. Harga rumah sepetak di pinggiran kota Bekasi sudah mencapai 250 juta rupiah. Hanya dengan mendapatkan segenggam nafkah yang memadai, kita mungkin baru bisa membangun biduk rumah tangga yang sejahtera.
Dan persis disitulah, kita dikenalkan dengan 3 kredo atau prinsip utama perencanaan keuangan yang mak nyus. Tiga kredo magis itu berbunyi : Earn more. Spend less. And Give More. Mari kita menghampirinya satu per satu.
Kredo # 1 : EARN MORE. Tak ada orang yang mau pendapatan atau income-nya stagnan dari tahun ke tahun. Kita ingin nafkah yang kita raih selalu bisa tumbuh, bisa growing.
Kalau kita bekerja sebagai karyawan, harapannya kita bisa terus mengembangkan karir dan mengalami peningkatan pendapatan secara memadai. Syukur-syukur setiap tahun dapat bonus gede (minggu lalu, klien saya cerita kalau bonus mereka di tahun ini adalah 10 kali gaji. Woww. Saya selalu ikut happy kalau mendengar cerita manis semacam itu).
Kalau ternyata karir dan pendapatan kita melaju pelan di jalur lambat (dan sudah begitu, suka macet di tengah jalan) ya ndak usah ngomel dan menyalahkan pihak lain. Cukup lakukan introspeksi dan kemudian terus melakoni self improvement. Di-campur dengan bumbu positive mindset, insya Allah rezeki yang renyah akan juga datang menyapa. Just believe in your positive future.
Kalau Anda bekerja sebagai entrepreneur, tak ada yang lebih indah untuk melihat omzet penjualan meningkat setiap tahun. Bagi kaum pebisnis, sales revenue memang sebuah magic thing. Kalau bisa omzet naik 20 % setiap tahun, syukur bisa double or even triple. Just remember this : Impossible is nothing.
Kredo # 2 : SPEND LESS. Kredo yang kedua ini ingin selalu mengajak kita untuk bertamasya dalam jalan hidup penuh kebersahajaan. Sebutan kerennya “gaya hidup minimalis”. Maksudnya kita selalu mencoba membeli sesuatu yang memang benar-benar kita butuhkan; dan bukan sekedar memburu prestise dan gengsi. Kita selalu mengelak untuk tergelincir pada gaya hidup konsumtif yang boros dan sarat dengan hedonisme. Menjadi snob (sok tampil keren meski pendapatan pas-pasan).
Spend less juga berarti kita bijak dalam mengelola keuangan kita. Kartu kredit yang tidak perlu sebaiknya segera kita gunting. Alokasi pendapatan untuk kredit macam-macam (kredit sepeda motor, kredit rumah, kredit AC, kredit kompor gas, kredit mesin cuci) sebaiknya tidak lebih dari 30% total pendapatan (kalau lebih, lha kan nanti gaji kita semua habis untuk bayar kredit).
Pendapatan yang terus meningkat, disertai dengan gaya hidup yang bersahaja niscaya akan menghantarkan kita pada hidup sejahtera nan elok. Apalagi jika dua hal itu dikombinasikan dengan kredo ketiga berikut ini.
Kredo # 3 : GIVE MORE. Sedekah adalah kunci yang akan membuka pintu rezeki dari tujuh penjuru langit. Begitu kalimat indah yang selalu ingin kita dekap dengan penuh kesungguhan.
Salah satu ilmuwan financial behavior dari Amerika penasaran dengan kalimat itu : apakah memang benar orang yang dermawan itu akan cenderung lebih makmur dibanding yang pelit? Begitulah, melalui riset yang melibatkan ribuan responden dan dengan uji statistik yang mendalam, ia mencoba menguji korelasinya.
Temuannya layak disimak : secara statistik, memang sikap kedermawanan punya korelasi kuat dengan tingkat kemakmuran. Dan ini yang penting : kebiasaan untuk memberi (give more) menjadi SEBAB kenapa orang itu makin makmur.
Temuan lain dari riset itu juga layak dicatat : orang yang suka sedekah cenderung akan lebih happy, PASTI lebih kaya, dan lebih produktif dalam hidupnya (dibanding orang yang jarang berbagi kekayaan). Really interesting.
Begitulah, tiga prinsip utama atau kredo yang layak di-genggam erat jika kita mau meraih the ultimate financial freedom.
Sambil bersulang teh atau kopi hangat yang kini ada di meja Anda, mari kita bersama-sama membaca tiga kredo ini dengan sepenuh sukma : EARN more. SPEND less. GIVE more.
Jangan dibalik menjadi : Earn less. Spend more. Give nothing. Kalau begini, wah cilaka dong. Semangat, semangat.

Bangkrut Akibat Jebakan Kartu Kredit

Kisah kemalangan yang dialami salah satu nasabah kartu kredit Citibank itu terasa sangat pahit dan memilukan. Toh demikian, banyak juga nasabah kartu kredit lain yang  terpaksa berhadapan dengan cerita kelam tentang teror debt collector kartu kredit.
Kartu kredit barangkali memang telah menjelma menjadi semacam ikon dalam kehidupan finansial modern. Namun dibalik bentuknya yang ramping dan keren itu, ia juga menyimpan sejumlah jebakan yang taringnya bisa sewaktu-waktu menggoreskan kemalangan yang tak tertanggungkan bagi para penggunanya yang tidak bijak.
Pada akhirnya kita semua mungkin harus sadar bahwa kartu kredit sejatinya adalah sejenis lintah darat modern. Dengan bunga pinjaman per tahun yang acap mencapai 42 % (this is crazy!!), dan menganut jebakan bunga berbunga, kartu kredit mungkin lebih pantas disebut sebagai sang rentenir berjubah sinterklas.
Toh demikian, banyak orang yang terpeleset, terkaing-kaing dalam cengkramannya. Lantaran dihadapkan pada biaya hidup yang makin melambung, sementara penghasilan dan gaji segitu-gitu saja, maka banyak orang yang dengan ceroboh menggunakan kartu kredit sebagai pelariannya.
Demikianlah, kartu kredit lantas menjelma menjadi sebuah ilusi : nasabah yang kehabisan gaji lalu terus asyik menggunakan kartu kreditnya, gesek sana – gesek sini, membayangkan suatu saat tunggakan itu pasti akan terbayar.
Kartu kredit menjadi sebuah ilusi lantaran dengannya kita merasa seolah-olah masih memiliki banyak uang untuk memenuhi biaya hidup. Tapi ilusi tetaplah sebuah ilusi : pada saatnya ketika tagihan tunggakan telah jatuh tempo, kita tertegun melihat besarnya hutang kartu kredit yang harus dibayarkan.
Dan sejenak kemudian dering telpon mulai meneror : “hallo, apakah sodara tidak tahu malu telah nunggak hutang lebih dari tiga bulan?”. Suara sang debt collector itu terdengar begitu menggelegar.
Tidak sodara-sodaraku. Jangan pernah biarkan sodara semua pernah mengalami teror yang memilukan semacam itu. Jangan pernah biarkan kita bangkrut gara-gara jebakan kartu kredit.
Jadi apa yang kudu dilakoni agar kita bisa terus menghindar dari jebakan lintah darat modern yang begitu memabukkan itu? Ada tiga kiat ampuh yang akan coba kita bahas disini.
Yang pertama tentu saja adalah ini : jangan pernah, dan jangan pernah melakukan pengeluaran diatas pemasukan. Kalau gaji Anda 5 juta, ya berjuang sekuat tenaga agar pengeluaran selalu dibawahnya, misal 4 jutaan. Begitu pengeluaran melampaui 5 juta, maka disaat itulah kita menjadi mangsa empuk dari jebakan kartu kredit.
Berhemat dan menjalani kehidupan yang bersahaja adalah kunci agar biaya hidup kita bisa terkendali. Gaya hidup konsumtif, yang serba hedonis (HP harus selalu seri terbaru; dugem setiap dua hari sekali) akan membuat kita tidak bisa menjaga kondisi keuangan kita dengan sehat. So, sekali lagi, hiduplah dengan hemat dan bersahaja. Sebab hidup bersahaja itu indah.
Kiat kedua, kalau hematnya sudah tingkat esktrem, dan biaya hidup tetap tidak cukup ya tak ada cara lain : segera cari sumber pendapatan baru. Kalau Anda merasa gaji tidak naik-naik, ya segera lakukan aksi untuk menambah penghasilan baru. Berdayakan istri atau pasangan Anda untuk memulai usaha/bisnis sampingan. Cari akal dan ide untuk memulai kegiatan usaha yang produktif dan bisa menambah penghasilan.
Kiat terakhir mungkin yang paling penting. Kalaulah kita ingin terus mendapatkan rezeki yang berkecupukan, dan penghasilan besar yang barokah maka lakukan ini : terus-lah bersodaqoh dengan penuh keikhlasan.
Sodaqoh tidak hanya dalam bentuk harta. Sodaqoh ilmu. Sodaqoh senyum (senyum sapa kepada pak satpam, kepada office boy, kepada teman). Sodaqoh amal baik yang penuh kemuliaan (menjadi guru ngaji sukarela, ikut membersihkan got di kompleks, menjadi bapak asuh bagi anak yatim, membantu mendorong mobil mogok orang lain, dan seterusnya, dan seterusnya).
Sebab, sodaqoh yang akan menjadi kunci bagi kita untuk membuka pintu rezeki dari tujuh penjuru angin.
Hidup hemat dan bersahaja. Berikhtiar untuk mencari sumber rezeki baru. Bersodakoh dengan penuh keikhlasan. Inilah tiga pilar yang akan membuat kita bisa terhindar dari jebakan utang yang memilukan. Inilah tiga pilar yang insya Allah akan membuat hidup kita dilimpahi keberkahan yang terus mengalir.

Powerful Financial Planning Tips for Your Financial Health

Financial planning atau ilmu perencanaan keuangan adalah serangkaian prinsip-prinsip utama yang kudu kita lakoni dalam mengelola keuangan pribadi atau keuangan keluarga kita. Kudu kita lakoni sebab dengan itu kita mungkin bisa meraih kesehatan finansial (financial health) yang mak nyos.
Tak pelak, problem keuangan adalah salah satu faktor utama yang acap memicu stress seseorang. Dan menurut sejumlah penelitian, kalau ada orang melamun, maka topik yang paling sering ia lamunkan adalah soal keuangan (selain soal sex). Salah satu sumber utama penyebab orang susah tidur ternyata juga soal keuangan (terutama jika uangnya ndak cukup untuk bayar utang).
Nah di pagi ini, saya ingin berbagi tiga tips powerful mengenai financial planning. Dengan itu, mudah-mudahan Anda semua kelak bisa mendapatkankan financial health yang prima. Dan tentu bisa tidur nyenyak sambil bermimpi indah tentang the beauty of financial freedom.
Dalam wacana mengenai financial planning, sejatinya ada tiga jenis rasio keuangan yang wajib kita penuhi. Mari kita telisik satu per satu.
Rasio # 1 : Rasio Biaya Hidup / Pendapatan. Ini adalah rasio keuangan klasik yang tetap akan relevan sepanjang zaman. Jangan, dan jangan pernah kita hidup dengan biaya bulanan yang lebih besar di banding total pendapatan yang kita peroleh. Ada sebuah pepatah indah bilang : kita boleh mati tanpa meninggalkan harta sepeserpun, tapi jangan pernah kita mati dengan meninggalkan hutang.
Problemnya, banyak orang yang kini terjebak utang lantaran biaya selalu lebih besar daripada pendapatan. Apalagi dengan rayuan kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan yang terus melambai-lambai itu. Akibatnya, dengan bungan pinjaman yang mencekik dan berbunga-bunga, tanpa sadar hutang kita bisa membengkak hingga ratusan juta rupiah (alamak).
Rasio pertama ini juga bisa menentukan apakah Anda sehat secara keuangan atau tidak. Orang dengan gaji 5 juta dan pengeluarannya hanya 4 juta/bulan, sebenarnya LEBIH KAYA dibanding orang dengan gaji 15 juta tapi biaya bulanannya menembus angka 20 juta. Financial IQ orang yang pertama itu lebih tinggi dibanding yang kedua.
Rasio # 2 : Rasio Cicilan. Ternyata 70% orang Indonesia kalau membeli sepeda motor atau mobil atau rumah pasti menggunakan fasilitas kredit. Alias dengan hutang, yang kemudian dibayar setiap bulan dengan cicilan.
Nah lalu berapa rasio ideal untuk alokasi buat dana cicilan tersebut? Menurut pakar financial planning sebaiknya tidak lebih dari 30 % total pendapatan kita (kalau istri dan suami sama-sama bekerja ya digabung pendapatannya). Jadi kalau total pendapatan adalah 15 juta, maka alokasi dana untuk cicilan maksimal ya 5 juta.
Kalau dana untuk cicilan itu (cicilan KPR, mobil, motor atau cicilan hutang lainnya) lebih dari 30 % total pendapatan, maka kondisi keuangan Anda sebenarnya sudah masuk kategori kurang sehat. Hmm, jadi berapa besar total dana cicilan Anda saat ini?
Rasio # 3 : Rasio Dana Darurat. Dana darurat artinya adalah semacam safety fund jika sewaktu-waktu Anda menemui kejadian darurat, misal anggota keluarga sakit kritis, ada kejadian bencana alam, atau bahkan mendadak Anda kena PHK.
Nah, tanpa simpanan dana darurat, dengan uang dari mana Anda akan menghadapi semua kejadian kelam diatas? Dengan uang dari Hongkong?
Menurut sejumlah pakar financial planning, besarnya simpanan dana darurat itu minimal 10 kali gaji bagi yang sudah menikah dan 5 kali gaji bagi yang masih lajang.
Jadi kalau total pendapatan Anda adalah 5 juta per bulan, maka mestinya Anda punya simpanan dana cadangan sebesar 50 juta rupiah (bagi yang sudah menikah). Nah kalau belum mencapai 50 juta, lalu bagaimana dong? Lhah kok malah nanya saya.
Begitulah teman, tiga jenis rasio keuangan yang berguna untuk panduan financial planning kita. Mudah-mudahan kondisi keuangan Anda saat ini semuanya sudah menuju jalur yang benar dan sehat.

Thursday, February 16, 2012

PRINSIP 90/10



prinsip1.jpgPrinsip ini akan akan merubah pola hidup anda (minimal cara reaksi anda menghadapi segala situasi).
Bagaimana prinsip dari 90/10 ?
10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami.
90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi. *Apa maksudnya ?*
Anda tidak dapat mengendalikan 10% yang akan terjadi pada diri anda.
*Contohnya :*
Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana anda.
Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini. Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat menentukan yang 90% ini.
*Bagaimana caranya ?* …. Dari cara reaksi anda. Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi anda. Jangan membiarkan orang lain menipumu; anda dapat mengontrol bagaimana cara anda bereaksi. Marilah kita lihat contoh dibawah ini :
*Kondisi 1*
Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.
*Reaksi anda :* Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan
mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir diujung meja. Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis. Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda
buru-buru ke mobil dan mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda telat, anda laju mobil dengan kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam.
Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,- karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit. Setelah tiba di kantor dimana anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau tas anda tertinggal di rumah. Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk. Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah. Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan
istri dan anak anda. *Mengapa ?* … Karena cara anda bereaksi pada pagi hari. *Kenapa anda mengalami hari yang buruk ?*
1. Apakah penyebabnya karena
kejatuhan kopi ?
2. Apakah penyebabnya karena anak
anda ?
3. Apakah penyebabnya karena polisi
lalu lintas?
4. Apakah anda penyebabnya ?
Jawabannya adalah No.4.
Anda tidak dapat mengendalikan setelah apa yang terjadi pada cangkir kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata penyebab hari buruk anda. Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya terjadi.
*Kondisi 2*
Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda berkata lembut : “Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya”. Anda ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke anda.
Anda kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan mengatakan, “Sampai jumpa makan malam nanti.” Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur
staff anda. Bos anda mengomentari semangat dan kecerahan hari anda di kantor. *Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut ?* 2 (dua) skenario berbeda, dimulai
dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan kondisi berbeda. *Mengapa ?* Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi. Anda tidak dapat mengendalikan 10%
dari yang sudah terjadi. Tetapi yang 90% tergantung dari reaksi anda sendiri. Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut mempengaruhi anda.
*Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan anda : kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain.* *Bagaimana reaksi anda jika seseorang
menyebakan anda macet dan terlambat masuk kantor ? Apakah anda akan marah ? Memukul stir mobil ? Memaki-maki ? Apakah tekanan darah anda akan naik cepat ?*
*Siapa yang peduli jika anda datang telat 10 detik ? Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak hari anda ?* Coba ingat prinsip 90/10, dan jangan khawatir masalah anda akan cepat terselesaikan.
Contoh lain :*
- Anda dipecat.
*Mengapa sampai tidak bisa tidur dan khawatir? * Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.
- Pesawat terlambat.
Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. *Kenapa anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara ?* Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa yang terjadi. *Kenapa harus stress ?* Kondisi ini justru akan memperburuk kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain. Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya sangat
menakjubkan. Sudah berjuta-juta orang menderita akibat tekanan stress, masalah berat, cobaan hidup dan sakit hati dan hal ini sebenarnya dapat diatasi jika kita
mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.
DIJAMIN AKAN MERUBAH POLA HIDUP ANDA.
NIKMATI HIDUP INI !!

Tuesday, February 14, 2012

7 Tips Investasi untuk Pemula

Jakarta - Beragam cari mencari penghasilan tambahan selain dari gaji rutin. Jika anda tidak punya banyak waktu untuk kerja sampingan, lebih baik anda mulai berpikir untuk mencari investasi.

Investasi bisa dilakukan di berbagai instrumen, mulai dari obligasi, saham, emas, dan lain-lain. Carilah investasi yang kira-kira memberikan yield (imbal hasil) lebih tinggi dari tingkat inflasi tahunan.

Jangan sampai uang lebih anda hanya disimpan di bank karena makin lama akan semakin habis tergerus inflasi. Apalagi, di jaman sekarang seluruh bank memberikan bungan tabungan yang sangat 'irit', jauh di bawah inflasi.

Berikut 7 tips dari beginnerinvest, Jumat (2/12/2001), yang mungkin berguna untuk anda dalam memulai berinvestasi. Tips-tips ini tidak terbatas hanya di beberapa instrumen investasi saja, tetapi secara menyeluruh:

1. Berinvestasilah pada saat yang tepat

Kunci pertama dalam sukses berinvestasi adalah mengetahui terlebih dahulu bahwa seperti kehidupan, ekonomi juga berjalan dengan siklusnya tersendiri. Mirip seperti musim yang berjalan hampir saham setiap tahun, begitu juga halnya dalam berinvestasi.

Jika anda masuk pada saat yang tepat dalam siklus tersebut, maka uang yang dihasilkan akan lebih banyak. Salah satu cara melihat siklus ini masih dalam tahap awal atau sudah puncaknya, atau bahkan sudah menurun akan dibahas di poin terakhir.

2. Tentukan siklus yang cocok dengan anda

Kunci kedua dalam berinvestasi adalah mengetahui siklus yang sedang berlangsung. Sebagai contoh siklus finansial di AS yang sudah pernah berjaya awal tahun 80 sampai akhir 90-an sudah berakhir, kini mereka masuk ke siklus komoditas, seperti baja, minyak mentah, sawit dan sebagainya.

3. Amati tiap siklus, pilih yang terbaik

Kunci ketiga dalam sukses berinvestasi adalah ketika memperhatikan siklus setiap instrumen investasi, anda bisa memilih siklus mana yang siap menanjak. Sebagai contoh, jika di AS sekarang ini sedang masuk di siklus komoditas, baja sempat menjadi yang paling seksi. Sekarang baja sudah mulai turun dan siap digantikan emas. Jika anda mencermati siklus ini dengan baik, maka sudah saatnya anda masuk untuk membeli emas dengan segera.

4. Cari instrumen investasi yang anda kuasai

Kunci keempat dalam sukses berinvestasi adalah memilih instrumen investasi yang anda kuasai, lebih bagus lagi yang anda sukai. Ada beberapa pilihan jika anda akan memulai investasi dengan modal kurang dari Rp 10 juta.

- Reksa Dana, yaitu wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.

- Beli saham di pasar modal. Dengan terjun langsung ke pasar modal anda bisa memiliki saham di perusahaan-perusahaan yang anda inginkan, tinggal menunjuk broker yang profesional maka anda bisa langsung mulai. Biaya (fee) untuk broker pun tidak terlalu tinggi dan anda bisa dengan mudah melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko.
- Logam Mulia. Dengan membeli logam mulai, contohnya emas, anda tidak perlu tertalu repot mengurusinya. Tinggal didiamkan saja maka harganya akan naik. Tapi, di tengah krisis seperti sekarang ini harganya berfluktuatif dengan cepat. Kalau anda pintar, anda bisa beli di saat murah dan jual di saat tinggi.

5. Investasi Harus Ditahan untuk Jangka Panjang

Kunci kelima dalam sukses berinvestasi adalah harus ditahan untuk jangka waktu yang cukup panjang. Hal ini dilakukan untuk menepis volatilitas dan risiko kerugian. Kesalahan terbesar yang sering dilakukan investor adalah selalu terlalu siap melindungi portofolionya, sehingga sering panik ketika pasar jatuh dan melepas seluruh investasinya.

Padahal, sebaiknya investor harus yakin kalau tren melemah itu hanya bagian dari siklus yang nantinya akan kembali menguat, kecuali memang siklus instrumen investasi tersebut sudah mendekati puncaknya.

6. Evaluasi setiap tren investasi

Kunci keenam dalam sukses berinvestasi adalah menjadi investor yang bertolak belakang, tetapi tidak melawan pasar. Contohnya, saat semua orang melakukan aksi beli, anda harus jadi penjual. Begitu juga sebaliknya, saat semua orang menjual, anda harus jadi pembeli. Seperti kata Warren Buffett, "anda harus rakus saat orang lain ketakutan, dan ketakutan saat orang lain rakus."

7. Ketahui puncak dari siklus investasi sebelum jatuh

Kunci ketujuh atau terakhir dalam sukses berinvestasi adalah awasi puncak siklus investasi sebelum jatuh. Sebuah investasi akan mencapai puncaknya sebelum akhirnya masuk ke tren menurun. Memang puncaknya tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, tapi ada beberapa ciri yang bisa anda perhatikan:

  • Imbal hasil yang anda dapatkan tiba-tiba mengebut, lebih tinggi dari yang biasanya anda dapatkan dalam jangka waktu setahun. Sebentar lagi siklus investasi ini akan mencapai puncaknya.
  • Jika semua yang anda kenal, teman-teman, saudara dan tetangga membicarakan soal keuntungan hasil investasi yang didapat di instrumen yang sama dengan anda. Ciri-ciri mendekati puncaknya.
  • Jika banyak orang mulai berhenti kerja dan mengandalkan hidup hanya dengan berdagang saham di bursa lewat online trading, atau menjadi broker properti. Contoh seperti ini menunjukkan kedua instrumen investasi itu sudah mencapai siklus puncaknya, sudah saatnya anda mencari instrumen investasi baru dengan siklus yang masih muda.

Semoga sukses memulai investasi...


Sumber

Tips Mudah Menyiapkan Dana Darurat

Jakarta - Banyak orang tidak memiliki dana darurat yang bisa dipakai saat genting. Kebanyakan hanya berupa tabungan biasa yang bisa dicairkan sewaktu-waktu. Padahal, ada baiknya anda menyisihkan dana khusus untuk darurat ketimbang harus memotong tabungan.

Dana darurat seperti ini akan sangat diperlukan di situasi-situasi seperti, perbaikan mobil mendadak, tagihan rumah sakit akibat kecelakaan tidak terduga maupun kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, bagi anda yang belum pernah memiliki simpanan seperti ini, bisa menjadi resolusi untuk memulainya di tahun 2012 nanti, terutama jika uang anda sudah habis untuk liburan Natal dan Tahun Baru.

Jadi bagaimanakah cara yang tepat untuk memulai dana darurat ini? Berikut ini ada beberapa tips dikutip darifinancialedge, Selasa (27/12/2011), yang bisa membantu anda:

Jangan paksakan diri

Seperti pepatah lama, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Jadi mulailah dengan sesuatu yang kecil untuk dana darurat ini. Bahkan, hanya dengan Rp 25 ribu atau Rp 30 ribu per minggu juga bisa. Intinya bukan pada jumlah uang yang disisihkan, tetapi lebih kepada kebiasaan dan disiplin dalam menyimpan. Sekali anda terbiasa dengan hal ini, jumlahnya bisa anda naikkan secara perlahan tiap minggu.

Minta bantuan bank

Minta tolong ke bank anda untuk secara otomatis memotong anggaran dari gaji anda ke sebuah simpanan khusus. Hal ini bisa membantu anda yang kurang bisa disiplin dalam membagi uang. Sekali lagi, jumlahnya tidak perlu terlalu besar. Selang beberapa waktu, tanpa anda sadari, jumlahnya akan lebih dari cukup.

Anggap dana darurat ini sebagai tagihan rutin

Tips ini berguna juga untuk membantu anda lebih disiplin dalam menyisihkan dana darurat. Anggaplah dana darurat ini sebagai tagihan rutin yang wajib anda bayar. Ketika anda membuat daftar tagihan bulanan, masukan 'dana darurat' dalam daftar itu. Supaya lebih unik lagi, anda bisa membuat invoice lengkap dengan tanggal setiap dana darurat yang anda simpan.

Jangan pakai uang lembur dan bonus

Memang tidak ada hukumnya anda harus membelanjakan uang lembur, bonus atau tunjangan lainnya sampai habis. Ada baiknya anda simpan saja uang itu ke dana darurat. Hal tersebut lebih baik daripada membeli ponsel baru atau makan di restoran mewah yang sangat mahal. Anda tidak akan menyesal telah menyimpan uang tersebut.

Simpan uang receh

Cari sebuah kotak kosong atau kaleng bekas kue lalu bersihkan. Lalu, setiap anda punya uang receh di saku celana, masukan ke tempat penyimpanan tersebut. Setelah satu bulan, dana yang terkumpul pun akan cukup besar. Setelah itu pindahkan ke rekening khusus dana darurat anda. Kategori 'recehan' ini tergantung keinginan anda, bisa maksimal Rp 10 ribu atau Rp 5 ribu. Kalau lebih kecil, langsung masuk ke kaleng tadi.

Kesimpulan: Ada asalan yang tepat kenapa dana seperti ini disebut 'darurat'. Anda tidak ingin terjebak di dalam situasi darurat dengan kantong yang kosong. Jika sampai terjadi, hal tersebut bisa menggerus kesehatan finansial anda karena terpaksa meminjam uang di saat yang tidak tepat.


Sumber

5 Cara Mudah Menabung Tanpa Sadar

Jakarta - Harga barang-barang kebutuhan pokok yang terus naik tanpa dibarengi kenaikan pendapatan bisa membuat anda makin kesulitan dalam menabung. Apalagi, Bank Indonesia (BI) baru saja menurunkan tingkat suku bungan acuan alias BI Rate menjadi 5,75%.

Itu berarti tingkat suku bunga tabungan kita di bank pun berpotensi diturunkan. Tapi jangan harap bunga kredit bisa turun, apalagi mencapai single digit alias di bawah 10%.

Dalam situasi seperti sekarang ini, anda harus lebih pintar lagi menyimpan uang, kalau bisa tanpa sadar anda bisa menabung secara otomatis. Berikut ini adalah lima tips untuk menyimpan uang tanpa anda sadari, seperti dikutip dari Investopedia, Jumat (9/2/2012).

1. Jalankan pilot otomatis anda

Salah satu trik untuk membiasakan diri dalam menambung adalah menempatkan simpanan di atas segala. Jadi, begitu tagihan bulanan datang, jangan langsung menyusun daftar yang harus dibayar. Tapi sisihkan sebagian uang untuk anda simpan terlebih dahulu.

Dengan begitu, setelah anda menyusun seluruh daftar tagihan dan menyiapkan uangnya, secara tidak sadar anda sudah punya uang untuk disimpan, kalau ternyata tagihannya tidak terlalu banyak. Tapi, jika ternyata tagihannya cukup banyak, anda bisa mengambil sebagian uang yang sudah anda simpan pertama kali.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah meminta kepada bank anda, jika memungkinkan, untuk memisahkan sebagian uang anda ke akun terpisah setiap bulan setelah gajian. Dengan begitu, anda tidak akan sadar akan jumlah uang yang anda simpan meski jumlahnya sudah menggunung.

Jumlah yang harus disisihkan tidak perlu terlalu besar. Hanya dengan Rp 200 ribu per bulan, anda akan punya Rp 2,4 juta dalam setahun, tanpa anda sadari.

2. Simpan kembalian

Masih ingat waktu anda belajar menabung dari uang receh jaman masih bocah? Tidak ada salahnya untuk mengulang kembali kebiasaan ini. Mulailah dengan mengosongkan uang receh di dompet anda setiap akhir minggu, taruhlah di tempat yang sudah disiapkan.

Anda bisa melibatkan keluarga juga dalam melakukan tabungan kecil ini. Apalagi jika anda punya anak, kebiasaan menyimpan uang ini sangat bagus, karena si kecil akan menghargai uang meski itu nilainya kecil. Jika tabungannya mulai penuh, tukar uang receh di bank terdekat atau tempat penukaran uang lainnya.

Jika anda melakukan hal ini secara rutin, bukan tidak mungkin dalam satu tahun nilainya bisa menembus jutaan tanpa anda sadari. Dengan begitu, anda juga akan lebih menghargai uang recehan dibandingkan sebelumnya.

3. Jangan diingat-ingat kalau anda sudah naik gaji

Gaji anda naik? Selamat! Tapi, sebelum anda tidak berpikir waras dan ingin segera belanja sesuatu, sebaiknya anda tidak perlu mengingat-ngingat kalau anda baru saja naik gaji.

Sebaiknya anda masukan selisih gaji baru ini ke dalam tabungan seperti yang disebutkan dalam poin pertama tadi. Sehingga, uang yang anda sisihkan setiap bulan jumlahnya makin bertambah tebal.

Hal ini agak susah dilakukan jika gaji yang naik hanya rutin tahunan, tapi jika gaji yang naik karena promosi anda bisa leluasa mengatur tabungan anda. Akan lebih baik lagi jika selisih gaji baru tersebut bisa anda simpan untuk dana darurat atau bahkan dana pensiun.

4. Jalankan kebiasan

Jika akhirnya anda sudah selesai membayar cicilan mobil yang butuh waktu bertahun-tahun, jangan mulai cari kredit lain, tetapi tetap sisihkan uang yang sama untuk masuk langsung ke tabungan anda. Kebiasaaan kredit anda bisa diubah menjadi kebiasaan menabung.

Bahkan, anda bisa memasukan kredit ini ke tabungan otomatis yang sudah diminta kepada bank, seperti sudah disinggung pada poin awal tadi. Bayangkan anda masih punya utang untuk melunasi mobil, sehingga uang tersebut akan tersimpan dengan baik tanpa anda sadari.

5. Simpan 'Harta Karun'

Kita semua pasti pernah mengalami hal ini, menemukan uang di lokasi atau benda yang kadang kita lupa. Contohnya, seperti menemukan Rp 50 ribu di saku jaket lama, atau bahkan di ransel yang dulu dipakai untuk liburan. Jangan langsung anda habiskan 'harta karun' seperti ini, sebaiknya anda simpan baik-baik di tabungan anda. Anggaplah sebagai dana kejutan untuk tambahan tabungan.

Tapi jika anda masih tergoda untuk membelanjakan uang tersebut, ada baiknya dibagi dua saja, setengah untuk jajan, setengahnya lagi ditabung. Dengan begini, anda masih bisa menyiapkan dana untuk masa depan dan tetap bisa bersenang-senang dengan membelanjakan 'harta karun' tersebut.

Kesimpulan:

Menabung atau menyimpan uang tidak perlu dibuat sulit. Dengan beberapa tips ini, anda bisa menabung tanpa harus merasa terbebani, bahkan anda tidak akan sadar jumlahnya begitu besar hanya dalam waktu singkat.


Sumber

9 Pertanda Anda Terancam Bangkrut

Jakarta - Kita semua pasti pernah mengenal orang yang mengalami masalah keuangan. Biasanya, setelah menemui jalan buntu, mereka akhirnya meminta bantuan pinjaman dari keluarga, menarik uang tunai dari kartu kredit, atau mencari pinjaman dengan bunga yang sangat tidak masuk akal.

Situasi seperti itulah yang bisa dibilang bangkrut. Jika anda belum pernah menjumpai situasi seperti di atas, anda masih beruntung. Kalau bisa, jangan sampai hal seperti itu menimpa diri anda.

Berikut ini adalah beberapa contoh orang yang sedang di ambang kebangkrutan, seperti dikutip dari Money Matters,Selasa (14/2/2012). Semoga dengan mengetahui ciri-ciri kebangkrutan ini sejak awal, anda bisa terhindar benar-benar bangkrut.

1. Tidak tahu uangnya lari ke mana saja

Kebanyakan orang yang akan atau sudah bangkrut selalu merasa kekurangan uang, karena mereka tidak tahu ke mana larinya uang yang sudah mereka dapatkan. Pasalnya, mereka juga tidak punya rincian pengeluaran bulanan, apalagi rincian mengenai pengeluaran kecil lainnya. Anda bisa menghindari hal ini dengan membuat rencana pengeluaran bulanan dan jangan keluar jalur dan belanja yang tidak-tidak.

2. Tidak punya rencana jangka panjang

Ciri-ciri orang yang kekurangan uang karena tidak punya rencana jangka panjang, baik itu tabungan maupun investasi. Jika saja mereka punya rencan untuk satu bulan, itu akan lebih baik daripada tanpa rencana sama sekali. Walaupun akhirnya rencana tersebut meleset dari target semula, setidaknya anda sudah punya rencana.

3. Belanja barang yang tidak perlu

Pastinya anda punya teman, kenalan atau bahkan saudara yang sangat mencintai belanja dan membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Seri terbaru iPhone baru saja dirilis? Mereka langsung beli, dengan segala cara (tunai atau kredit), walaupun versi yang sebelumnya masih ada dan berfungsi dengan baik. Pesawat televisi dengan layar data terbaru baru saja keluar? Mereka langsung beli supaya dibilang tidak ketinggalan jaman karena punya teknologi terbaru.

4. Korban gaya hidup mewah

Kebanyakan orang dengan gaji besar selalu tak mau ketinggalan dengan gaya hidup masa kini yang serba mewah, Bahkan, tak jarang mereka menghabiskan banyak uang hanya untuk gaya hidup tersebut. Daripada memilih untuk menabung dan berinvestasi, mereka memilih untuk meninggikan standar hidupnya, dengan membeli rumah lebih besar, mobil baru dan pakaian dengan mode terbaru. Mereka selalu merasa harus lebih unggul ketimbang orang lain di lingkungannya.

5. Selalu membayar lebih mahal tanpa pikir panjang

Kebanyakan orang menjadi bangkrut karena hal seperti ini. Mereka selalu cepat mengeluarkan uang tanpa mengetahui nilai asli sebuah barang. Bahkan, mereka tidak pernah bertanya apakah harganya masih bisa ditawar atau mendapat diskon. Kalau memang bisa membayar lebih murah, kenapa tidak? Jangan pernah membayar sesuatu lebih mahal dari harga pasaran.

6. Selalu berutang di setiap kesempatan

Selama masih bisa berutang, mereka pasti lakukan. Mereka sepertinya tidak pernah dengan bahwa semakin lama jangka waktu pembayaran maka uang yang harus dibayar menjadi semakin tinggi. Apalagi dengan iming-iming bunga 0% dalam tiga bulan pertama. Selanjutnya, mereka akan tanpa sadar mengambil kredit lagi dan lagi sampai akhirnya terlilit utang.

7. Mengandalkan orang lain untuk masalah keuangannya

Kebanyakan dari kita pasti pernah tahu seseorang yang selalu meminta bantuan kepada orang tua, keluarga atau temannya jika terlibat masalah keuangan. Masalah yang mereka dapat dilakukan oleh sendiri tetapi berharap bisa diselesaikan oleh bantuan orang lain.

8. Mengorbankan keuntungan masa depan demi kesenangan sesaat

Orang seperti ini biasanya kesulitan untuk mengerti bahwa berhemat dan bekerja keras akan menghasilkan keuntungan di masa depan, daripada menghambur-hamburkan uang di masa kini. Mereka biasanya tidak sadar bahwa menabung di masa kini bisa meningkatkan kesenangan di masa depan.

9. Lebih senang orang mengira dirinya kaya, daripada benar-benar kaya

Satu lagi ciri orang yang tidak akan lepas dari kebangkrutan adalah senang dikira banyak uang oleh banyak orang, meski yang sebenarnya justru sebaliknya. Mereka tidak peduli apakah benar-benar sukses atau tidak, yang penting orang mengira dirinya sukses dan punya harta melimpah.

Kesimpulan:

Beberapa ciri di atas diharapkan bisa membantu anda untuk tidak terjebak hal yang sama. Mungkin beberapa dari kita sudah ada yang mengalami satu atau dua poin di atas, anda belum terlambat untuk memperbaiki diri. Lakukan perubahan demi masa depan yang lebih baik. Kalau anda sudah tahu masalahnya, maka tinggal mencari cara mengatasinya.


Sumber

Saturday, February 11, 2012

Adversity Quotient (AQ) untuk Kesuksesan



AQ untuk Kesuksesan
AQ untuk Kesuksesan
Apakah Adversity Quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja kita dapat menuntun kita kepada kesuksesan. Orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mencapai kesuksesan dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah. Dalam bukunya Adversity Quotient (AQ), Paul G Stoltz menganalogikan bahwa hidup kita dapat diibaratkan dengan sebuah pendakian.
Kita dilahirkan dengan satu dorongan inti yang manusiawi untuk terus mendaki kesuksesan. Apakah pendakian tersebut berkaitan dengan mendapatkan pangsa pasar, mendapatkan nilai yang lebih bagus, memperbaiki hubungan dengan relasi kerja, menjadi lebih mahir dalam segala hal yang sedang dikerjakan, menyelesaikan satu tahap pendidikan, membesarkan anak menjadi seorang bintang, mendekatkan diri kepada Tuhan atau memberikan kontribusi yang berarti selama masa hidup kita yang singkat di planet ini. Orang-orang yang ingin mencapai kesuksesan memiliki dorongan yang mendalam untuk berjuang dan mewujudkan impian mereka.
Dorongan inti untuk mencapai kesuksesan merupakan perlombaan naluriah kita dalam menyelesaikan tugas sebanyak mungkin, semampu kita dalam batas waktu yang telah ditentukan. Apakah tujuan tersebut dinyatakan secara resmi atau tidak, kita merasakan dorongan ini. Jika Anda tidak percaya, coba amati apa yang terjadi pada orang-orang yang menderita kanker dan secara tak terduga sembuh total atau orang-orang yang selamat dari maut. Tinjauan kembali mengenai seluruh kehidupan mereka dan mengetahui “apa yang sebenarnya penting” dalam hidup ini, sering mengubah tingkah laku mereka menjadi sangat berbeda dalam menafsirkan arti kesuksesan.
Seandainya kita sama-sama memiliki dorongan inti mendaki untuk mencapai kesuksesan, lantas mengapa kita tidak melihat puncak gunung penuh dijejali oleh mereka yang berhasil mencapai puncaknya? Mengapa justru sebaliknya yang terjadi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus memeriksa apa yang terjadi pada ketiga jenis orang yang kita jumpai sepanjang perjalanan mendaki gunung itu. Orang-orang tersebut memiliki respons yang berbeda-beda terhadap pendakian dan sebagai akibatnya, dalam hidup ini mereka menikmati berbagai tingkat kesuksesan dan kebahagiaan. Orang-orang seperti itu bisa dengan mudah kita temukan dalam perusahaan kita, dalam hubungan-hubungan yang kita bina, dalam berita-berita dan dalam semua jenis pekerjaan.
Mereka yang Berhenti (Quitters)
Tak diragukan lagi, ada banyak orang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti untuk mengejar kesuksesan. Mereka ini disebut Quitters atau orang-orang yang berhenti. Mereka menghentikan pendakian. Mereka menolak kesempatan kesuksesan yang diberikan. Mereka mengabaikan, menutupi, atau meninggalkan dorongan inti yang dengan demikian juga meninggalkan banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan untuk mencapai tingkat kesuksesan yang mereka inginkan.
Quitters menjalani kehidupan yang tidak terlalu menyenangkan. Mereka meninggalkan impian-impiannya dan memilih jalan yang mereka anggap lebih datar dan lebih mudah. Ironisnya, seiring dengan berlalunya waktu, Quitters mengalami penderitaan yang jauh lebih pedih daripada yang ingin mereka elakkan. Dan, saat yang paling memilukan dan menyedihkan adalah sewaktu mereka menoleh ke belakang dan melihat bahwa kehidupan yang telah dijalani ternyata tidak menyenangkan. Inilah nasib Quitter, orang yang berhenti yang amat jauh dari kesuksesan.
Sebagai akibatnya Quitters sering menjadi sinis, murung, dan mati perasaannya. Atau, mereka menjadi pemarah dan frustrasi, menyalahkan semua orang di sekelilingnya dan membenci orang-orang yang terus mendaki. Quitters juga sering menjadi pecandu, entah itu pecandu alkohol, narkoba, atau acara-acara televisi yang tidak bermutu. Quitters mencari pelarian untuk menenangkan hati dan pikiran.
Ciri Quitters di tempat kerja
- bekerja sekedar cukup untuk hidup
- memperlihatkan sedikit ambisi
- semangat minim
- mutu pekerjaan di bawah standar
- risk averse, tidak berani mengambil resiko kecuali jika terancam
- tidak kreatif
- mengeluh, menolak dan ‘lari’ dari perubahan
- bahasa: tidak bisa, tidak mau, mustahil, dll
Mereka yang Berkemah (Campers)
Kelompok individu yang kedua adalah Campers atau orang-orang yang berkemah. Mereka pergi tidak jauh, lalu berkata, “Sejauh ini sajalah saya mampu mendaki untuk mencapai kesuksesan.” Karena bosan, mereka mengakhiri pendakiannya dan mencari tempat datar yang rata dan nyaman sebagai tempat bersembunyi dari situasi yang tidak bersahabat. Mereka memilih untuk menghabiskan sisa-sisa hidup mereka dengan duduk di situ. Di tempat itu mereka mendapatkan definisi kesuksesan menurut mereka.
Berbeda dengan QuittersCampers sekurang-kurangnya telah menanggapi tantangan pendakian itu. Mereka telah mencapai tingkat tertentu. Perjalanan mereka mungkin memang mudah atau mungkin mereka telah mengorbankan banyak hal dan telah bekerja dengan rajin untuk sampai ke tempat di mana mereka kemudian berhenti. Pendakian yang tidak selesai itu oleh sementara orang dianggap sebagai kesuksesan. Namun demikian, meski pun Campers telah berhasil mencapai tempat perkemahan, mereka tidak mungkin mempertahankan keberhasilan itu tanpa melanjutkan pendakiannya. Karena yang dimaksud dengan pendakian adalah pertumbuhan dan perbaikan seumur hidup pada diri seseorang.
Campers juga menjalani kehidupan yang tidak lengkap. Perbedaannya terletak pada tingkatnya. Karena lelah mendaki, mereka berkata, “Ini sudah cukup baik,” tanpa menyadari harga yang akan mereka bayar. Campers mungkin merasa cukup senang dengan ilusinya sendiri tentang kesuksesan. Mereka biasanya merasa tidak ada salahnya berhenti mendaki supaya bisa menikmati hasil jerih payah mereka dan menikmati pemandangan dan kenyamanan yang sudah mereka peroleh.
Sambil memasang tenda, Campers memfokuskan energinya pada kegiatan mengisi tenda dengan barang-barang yang secepat mungkin membuatnya nyaman.
Meskipun kita tidak pernah mendengar ada orang yang mendefinisikan kesuksesan sebagai kenyamanan, banyak orang yang kita temui yakin bahwa kenyamanan itu sepertinya tujuan akhir mereka. Mereka ini adalah Campers. Campers menciptakan semacam “penjara yang nyaman” –sebuah tempat yang terlalu enak untuk ditinggalkan.
Campers berhasil mencukupi kebutuhan dasar mereka, yaitu: makanan, air, rasa aman, tempat berteduh, bahkan rasa memiliki. Mereka telah melewati kaki gunung. Dengan berkemah mereka mengorbankan bagian puncak Hirarki Maslow, yaitu aktualisasi diri dan bertahan pada apa yang telah mereka miliki. Akibatnya, Campers menjadi sangat termotivasi oleh kenyamanan dan rasa takut. Mereka takut kehilangan tempat berpijak, dan mencari rasa aman dari perkemahan mereka yang kecil dan nyaman. Inilah ‘definisi’ kesuksesan bagi para Campers.
Ciri Campers di tempat kerja
- menunjukkan sejumlah inisiatif dan beberapa usaha
- menunjukkan sedikit semangat
- bekerja keras dengan tujuan agar mereka lebih nyaman
- masih mengerjakan apa yang perlu dikerjakan
- bekerja tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya
- bersikap ‘wait and see’ terhadap perubahan
- bahasa: ini sudah cukup bagus, syarat minimumnya apa?, cukup sampai disini, dll
Para Pendaki (Climbers)
Climbers, atau si pendaki, adalah sebutan untuk orang yang seumur hidup membaktikan dirinya pada pendakian. Tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan atau kerugian, nasib buruk atau nasib baik, mereka terus mendaki. Dia seperti kelinci pada iklan baterai Energizer di pegunungan. Climbers adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental atau hambatan lainnya menghalangi pendakiannya untuk mencapai kesuksesan.
Dari ketiga jenis individu tersebut, hanya Climbers yang menjalani hidupnya secara lengkap. Untuk semua hal yang mereka kerjakan, mereka benar-benar memahami tujuannya dan merasakan gairahnya. Mereka mengetahui bagaimana perasaan gembira yang sesungguhnya dan mengenalinya sebagai anugerah dan imbalan atas pendakian yang telah dilakukan. Karena tahu bahwa mencapai puncak itu tidak mudah, maka Climbers tidak pernah melupakan “kekuatan” dari perjalanan yang pernah ditempuhnya.
Kisah terkenal tentang Thomas Edison, yang membutuhkan lebih dari 20 tahun dan 50.000 kali percobaan untuk menemukan baterai yang ringan, tahan lama, dan efisien sebagai catu daya mandiri, menceritakan seseorang yang mempertanyakan usaha-usaha yang telah dilakukan Edison. “Mr.Edison, Anda telah gagal 50.000 kali. Apa yang membuat Anda berpikir bahwa pada akhirnya Anda akan mendapatkan hasil?” Edison menjawab, “Hasil? Saya telah mendapatkan banyak hasil. Saya tahu 50.000 hal yang tidak akan berfungsi!” Edison juga seorang Climber, contoh nyata tentang arti kegigihan yang sesungguhnya.
Climbers juga manusia biasa. Kadang-kadang mereka merasa bosan dengan pendakian. Mereka mungkin mengalami keragu-raguan juga, atau merasa kesepian dan sakit hati. Mereka juga pernah mempertanyakan usaha-usaha yang telah dilakukan. Kadang-kadang, Anda bisa melihat mereka berkumpul di perkemahan Campers. Tapi, bedanya, Climbers berada di sana untuk memulihkan kekuatan dan mengumpulkan tenaga baru untuk pendakian berikutnya, sementara Campers berada di situ untuk menetap. Bagi Climbers, perkemahan adalah kemah induk. Bagi Campers, tempat tersebut adalah rumah.
Ciri Climbers di tempat kerja
- menyambut baik tantangan yang ada
- menunjukkan semangat tinggi
- bisa memotivasi diri sendiri
- berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup
- kreativitas tinggi
- bekerja dengan visi
- menyambut baik dan mendorong terjadinya perubahan yang positif
- bahasa: bisa, semangat, selalu ada jalan, lakukan dengan benar, yang penting bertindak.