SELAMAT DATANG

Selamat menikmati artikel-artikel hasil copy & paste (Copas) berikut, semoga dapat menambah wawasan bagi pribadi yang ingin berkembang.

Friday, June 10, 2011

Kiat Mengasah Percaya Diri Anak


KOMPAS.com - Kepercayaan diri dalam diri seseorang dipengaruhi bagaimana pengasuhan orangtuanya. Kepercayaan diri yang dilatih sejak masa tumbuh kembang anak, akan melahirkan pribadi yang yakin atas dirinya, kompeten, dan menghargai dirinya secara sehat dan positif.

Agar anak percaya diri, menghargai diri, orangtua perlu mengaplikasikan pola asuh ini:

* Pujian yang tepat
Pujian memang baik untuk anak, namun jangan berlebihan. Jangan mengulang pujian pada anak yang sifatnya membangga-banggakan talenta dirinya. Seperti "Kamu adalah anak terpintar di sekolah" atau "Kamu adalah pebasket terandal". Jangan memberikan pujian yang membuatnya terbebani untuk selalu menjadi si terhebat.

"Berikan pujian pada usahanya dalam meraih sukses, bukan pada talenta yang dimilikinya," jelas Shari Young Kuchenbecker, PhD, asisten profesor psikologi di Chapman University, Orange, California.

Menurut penelitian di Columbia University, anak-anak merasa lebih senang dan mampu menghadapi tantangan ketika mereka mendapatkan pujian atas usahanya. Seperti dengan mengatakan, "Kamu bekerja keras" atau "Hebat, Kamu bisa menyelesaikan tugas dengan baik". Kata-kata motivasi lebih berbekas bagi anak-anak ketimbang pujian seperti "Ayah bangga denganmu Nak"

* Jangan berikan label pada anak
Jangan pernah mengucapkan, "Dasar anak laki-laki!" saat melihat perilaku "bandel" nya. Label yang menekankan pada stereotip gender ini hanya menunjukkan seakan anak laki-laki tak berperilaku baik atau tak bisa mengontrol perilakunya.

Orangtua perlu berhati-hati dengan setiap ucapannya. "Pesan yang direkam anak dari ucapan orangtuanya berperan besar terhadap bagaimana anak menghargai dirinya," jelas Paul W Schenk, PsyD, psikolog klinik dari Tucker, Georgia.

"Ketika anak mendengar kata-kata yang menyerang dirinya, hal itu akan berdampak negatif pada harga dirinya. Anak akan mulai meyakini bahwa ucapan orangtuanya itu benar, bahwa anak laki-laki adalah troublemakers," jelasnya.


Sumber: WomansDay