Menurut
sebuah penelitian terbaru, mengonsumsi avokad secara teratur dapat
meningkatkan kualitas pola makan dan menjadi kunci kesehatan Anda.
Setelah menyimak data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) dari 2001 sampai 2008, para peneliti menemukan bahwa mengonsumsi avokad bisa meningkatkan pola makan, meningkatkan kandungan HDL (kolesterol yang baik), mengurangi risiko sindrom metabolisme, dan menurunkan berat badan, mengurangi indeks massa tubuh (BMI), serta mengurangi ukuran lingkar pinggang.
Sindrom metabolisme dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Gejalanya meliputi tekanan darah yang lebih dari 130/85 mmHg, kandungan gula darah yang mencapai 100 mg/dL atau lebih, lingkar pinggang lebih dari 101,6 cm pada pria dan 89 cm pada wanita, tingkat kolesterol (baik) HDL kurang dari 40 mg/dL pada pria dan kurang dari 50 mg/dL pada wanita, serta tingkat trigliserid 150 mg/dL atau lebih. Orang yang memiliki tiga ciri-ciri di atas atau lebih didiagnosis mengidap sindrom metabolisme.
The Hass Avocado Board sependapat dengan penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan dalam “Nutrition Journal” tersebut.
Dalam analisa mereka saat ini, para ilmuwan memeriksa kualitas pola makan dari 17.567 orang dewasa yang berusia 19 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam survei yang dilakukan NHANES. Dari keseluruhannya, hanya 347 (2 persen) yang mengonsumsi avokad. Tingkat konsumsi avokad harian mereka sekitar setengah dari jumlah standar avokad, yang mengandung sekitar 114 kalori, yang setengahnya berasal dari lemak.
Para peneliti dari NHANES mengumpulkan informasi mengenai nutrisi berdasarkan atas ingatan mengenai makanan yang dikonsumsi para peserta surveinya selama 24 jam. Program penelitian NHANES secara teratur melakukan penilaian status kesehatan dan nutrisi orang dewasa dan anak-anak di Amerika Serikat. Para ilmuwan menghitung kualitas pola makan dengan menggunakan Indeks Kesehatan Makanan, yang mengindikasikan seberapa dekat pola makan dengan Dietary Guidelines for Americans (panduan pola makan yang baik di Amerika).
Penelitian itu menyebutkan, orang-orang yang mengonsumsi avokad secara umum juga memiliki asupan sayuran dan buah-buahan yang lebih tinggi dan asupan gula yang lebih rendah.
Orang yang mengonsumsi avokad juga memiliki asupan lemak total yang lebih tinggi, seperti lemak tak jenuh tunggal, lemak tak jenuh ganda, serat, vitamin E, magnesium, potasium, dan vitamin K, mereka juga memiliki asupan karbohidrat yang lebih rendah.
Avokad memiliki kandungan lemak tak jenuh tunggal yang tinggi, yang dapat mengurangi risiko serangan jantung. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan menemukan bahwa risiko penyakit jantung turun 19 persen saat asupan lemak tak jenuh tunggal naik 5 persen, seperti yang ditulis para ilmuwan tersebut.
Orang yang mengonsumsi avokad juga memiliki berat tubuh ideal. Rata-rata, mereka memiliki berat tubuh 3,6 kg lebih rendah dibanding orang-orang yang tidak. Orang yang mengonsumsi avokad juga memiliki IMT lebih rendah, yaitu 26,7 berbanding 28,4, dan lingkar pinggang mereka 5 cm lebih pendek. Mereka juga memilki rata-rata tingkat HDL sebesar 55 mg/dL dibandingkan orang yang tidak mengonsumsi avokad yang memiliki tingkat rata HDL sebesar 52.6 mg/dL.
Penelitian tersebut hanya membuktikan kaitan, bukan hubungan sebab-akibat. Para peneliti mengakui bahwa orang-orang yang mereka teliti bisa saja tidak dapat mengingat dengan pasti apa yang mereka makan, apalagi jumlah orang yang mengonsumsi avokad tidak banyak.
Namun, hasilnya masih membingungkan. “Penemuan tersebut menyebutkan peranan avokad dalam meningkatkan kualitas pola makan dan mengurangi risiko sindrom metabolisme di AS,” tulis para penelitinya. “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan data epidemiologi dan penelitian yang berhubungan dengan meningkatnya asupan avokad dan komponen pola makan lainnya.”
Sumber
Setelah menyimak data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) dari 2001 sampai 2008, para peneliti menemukan bahwa mengonsumsi avokad bisa meningkatkan pola makan, meningkatkan kandungan HDL (kolesterol yang baik), mengurangi risiko sindrom metabolisme, dan menurunkan berat badan, mengurangi indeks massa tubuh (BMI), serta mengurangi ukuran lingkar pinggang.
Sindrom metabolisme dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Gejalanya meliputi tekanan darah yang lebih dari 130/85 mmHg, kandungan gula darah yang mencapai 100 mg/dL atau lebih, lingkar pinggang lebih dari 101,6 cm pada pria dan 89 cm pada wanita, tingkat kolesterol (baik) HDL kurang dari 40 mg/dL pada pria dan kurang dari 50 mg/dL pada wanita, serta tingkat trigliserid 150 mg/dL atau lebih. Orang yang memiliki tiga ciri-ciri di atas atau lebih didiagnosis mengidap sindrom metabolisme.
The Hass Avocado Board sependapat dengan penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan dalam “Nutrition Journal” tersebut.
Dalam analisa mereka saat ini, para ilmuwan memeriksa kualitas pola makan dari 17.567 orang dewasa yang berusia 19 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam survei yang dilakukan NHANES. Dari keseluruhannya, hanya 347 (2 persen) yang mengonsumsi avokad. Tingkat konsumsi avokad harian mereka sekitar setengah dari jumlah standar avokad, yang mengandung sekitar 114 kalori, yang setengahnya berasal dari lemak.
Para peneliti dari NHANES mengumpulkan informasi mengenai nutrisi berdasarkan atas ingatan mengenai makanan yang dikonsumsi para peserta surveinya selama 24 jam. Program penelitian NHANES secara teratur melakukan penilaian status kesehatan dan nutrisi orang dewasa dan anak-anak di Amerika Serikat. Para ilmuwan menghitung kualitas pola makan dengan menggunakan Indeks Kesehatan Makanan, yang mengindikasikan seberapa dekat pola makan dengan Dietary Guidelines for Americans (panduan pola makan yang baik di Amerika).
Penelitian itu menyebutkan, orang-orang yang mengonsumsi avokad secara umum juga memiliki asupan sayuran dan buah-buahan yang lebih tinggi dan asupan gula yang lebih rendah.
Orang yang mengonsumsi avokad juga memiliki asupan lemak total yang lebih tinggi, seperti lemak tak jenuh tunggal, lemak tak jenuh ganda, serat, vitamin E, magnesium, potasium, dan vitamin K, mereka juga memiliki asupan karbohidrat yang lebih rendah.
Avokad memiliki kandungan lemak tak jenuh tunggal yang tinggi, yang dapat mengurangi risiko serangan jantung. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan menemukan bahwa risiko penyakit jantung turun 19 persen saat asupan lemak tak jenuh tunggal naik 5 persen, seperti yang ditulis para ilmuwan tersebut.
Orang yang mengonsumsi avokad juga memiliki berat tubuh ideal. Rata-rata, mereka memiliki berat tubuh 3,6 kg lebih rendah dibanding orang-orang yang tidak. Orang yang mengonsumsi avokad juga memiliki IMT lebih rendah, yaitu 26,7 berbanding 28,4, dan lingkar pinggang mereka 5 cm lebih pendek. Mereka juga memilki rata-rata tingkat HDL sebesar 55 mg/dL dibandingkan orang yang tidak mengonsumsi avokad yang memiliki tingkat rata HDL sebesar 52.6 mg/dL.
Penelitian tersebut hanya membuktikan kaitan, bukan hubungan sebab-akibat. Para peneliti mengakui bahwa orang-orang yang mereka teliti bisa saja tidak dapat mengingat dengan pasti apa yang mereka makan, apalagi jumlah orang yang mengonsumsi avokad tidak banyak.
Namun, hasilnya masih membingungkan. “Penemuan tersebut menyebutkan peranan avokad dalam meningkatkan kualitas pola makan dan mengurangi risiko sindrom metabolisme di AS,” tulis para penelitinya. “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan data epidemiologi dan penelitian yang berhubungan dengan meningkatnya asupan avokad dan komponen pola makan lainnya.”
Sumber